Prayer for the (soon to be) damned

Aduh.
Aduuh. Stop that.
I mean it.

Aduuuh. Sakit!

Stop it. Stopit. Stopit. Stop it. STOP it. Stttoooopppiiitt. stop IT.

Ya Tuhan…

Tolong dong…

Bilangin ama semut-semut sadis itu supaya berhenti gigitin tanganku.

Ok, aku ngaku. Aku mungkin secara ngga sengaja udah niban salah satu dari mereka waktu aku tidur. Tapi bukan berarti mereka bisa gigit tangan dan kakiku di empat belas tempat yang berbeda, dan masing2 meninggalkan tanda cinta berupa bentol besar yang merah,gatel tapi sakit kalo digaruk kan?

Apalagi kalau bentol itu lalu mengakibatkan hasrat ingin menggaruk di saat-saat tidak tepat, seperti ketika aku sedang bertemu vendor nan ganteng dan rupawan. Hei vendor, aku bukan kudisan, hanya digigit semut, tapi mana mungkin aku menjelaskan hal itu untuk justifikasi pandangan matamu yang menuduh seakan aku punya penyakit kulit yang tampak menular hingga kamu tak mau berjabat tangan. Iya toh?

Kenapa aku sama sekali tidak terbangun waktu mereka melakukan aksi tak berperikemanusiaan tapi ternyata cukup berperikesemutan itu, aku ngga ngerti. Biasanya aku tak lupa menggarisi pinggiran tempat tidurku dengan kapur HIT anti semut. Ternyata serbuk putih itu tak lagi manjur membuat mereka teler dan urung menggigitiku

Tolong Tuhan, suruh mereka berhenti. Sebelum aku berubah jadi kejam dan menyentil mereka satu-satu untuk terjun bebas dari lantai yang tinggi di rumah susunku ini, karena sekarang sekujur tubuhku jadi bau minyak tawon.


Amin.


*Jahitan gigi gw dah dilepas hari ini. Dokternya bilang proses penyembuhan pasca pencabutan lebih bagus dari perkiraannya. Yeaaa!! Wait…so that must mean, sebelumnya dia udah prediksi yang lebih buruk? *grunt* now there’s a big ol’ hole in the place that used to be my tooth. It’s pretty wide open, it’ll probably hold a kitten, a basketball, lipstick, or a slice of pizza depending on my mood until it seals up again. Stupid nurse kept poking at my gum. She hurt me more than the doctor. Almost hit her in the face.